Rabu, 21 Agustus 2013

Bachtul, Israr Jalinus dan Nofi Candra

Tiga Politisi dari Solok yang Mencuri Perhatian

Kalau sekarang dilakukan jajak pendapat di Kabupaten Solok tentang politisi paling populer maka ada tiga nama yang akan muncul ke permukaan, Bachtul, Israr Jalinus dan Nofi Candra. Bukan saja karena baliho ketiganya tersebar hampir di semua sudut nagari di daerah ini, juga karena perjuangan dan pernyataan ketiganya di media massa dan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat begitu intens.

Bachtul satu-satunya politisi yang saat ini masih duduk di DPRD Provinsi Sumbar, dan kini mencalonkan diri untuk DPR RI dari Partai Nasdem. Bachtul bisa tersenyum lega setelah Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan para caleg pindah partai. Melalui Surat keputusan MK Nomor 39/PUU-XI/2013 tertanggal 31 Juli 2013 Bachtul masih bisa bertahan di DPRD Sumbar sekalipun ia pindah partai dari PBR ke Nasdem. Karena PBR tidak termasuk peserta pemilu 2014.
“Alhamdulillah, saya masih di DPRD,” ujarnya kepada Singgalang. Semula ia sudah bersiap-siap untuk diganti. Sesuai dengan surat edaran KPU, ia pun sudah mengajukan surat pengunduran diri. Namun dengan keluarnya keputusan MK, maka ia gagal di-PAW. Bachtul bisa bertahan hingga masa jabatannya habis, sambil mempersiapkan diri menuju DPR RI. Dalam tiga pemilu terakhir, perjuangan Bachtul termasuk penuh liku.
Pada awalnya ia duduk di DPRD Sumbar dari PBB, tetapi perjalanannya tidak mulus sampai akhir. Ia harus berputar haluan. Bachtul pindah ke PBR. Sekalipun termasuk partai baru dan elektabilitasnya tidak terlalu tinggi, Bachtul mampu membuktikan dirinya sebagai pilihan rakyat. Buktinya melalui partai kecil inipun, ia kembali duduk di DPRD Sumbar untuk periode kedua 2009-2014. Pada pemilu 2014, putra Kabupaten Solok ini kembali harus menyeberang karena PBR tidak lolos sebagai peserta pemilu 2014. Ia pun kembali menjatuhkan pilihan ke partai baru yakni Partai Nasdem.
Tidak berbeda jauh dengan Israr Jalinus, yang kini sedang berjuang untuk kembali duduk di DPRD Sumbar melalui Partai Gerindra. Padahal selama 10 tahun lebih Israr Jalinus termasuk politisi Partai Amanat Nasional (PAN). Bukan anggota biasa, tetapi ia menjadi pemegang tampuk pimpinan PAN di Kabupaten Solok dan menjadi pengurus inti di PAN Provinsi Sumbar. Namun politik bukan matematika. Tidak selamanya ada jaminan dan kepastian. Bahkan setahun menjelang masa pengabdiannya berakhir, puting beliung menerpanya. Ia harus terpental dari kursi DPRD Sumbar, sekalipun ia sempat menjadi Ketua Fraksi Amanat Nasional dan memimpin Komisi III di mana ia bercokol selama ini.

Tidak lagi menjadi anggota DPRD Sumbar, tidak serta merta mengakhiri kiprahnya di tengah-tengah masyarakat. Bagi warga Kabupaten Solok, Israr Jalinus tetap saja tokoh yang dikagumi dan ditunggu kehadirannya. Ia hadir di masjid, datang ke lapangan olahraga, bertemu dengan para petani, berkunjung ke nagari tertinggal, dan tetap muncul ke permukaan. Bukan untuk kampanye karena masa kampanye memang belum dimulai, tetapi untuk memberikan bantuan. Ia bisa memberikan bantuan untuk pembangunan masjid atau musala, mendanai turnamen dan berbagai perlombaan, dan tetap menyuarakan pembebasan daerah tertinggal dan terisolir melalui pernyataannya. Karena itulah, sekalipun tidak lagi duduk di DPRD Sumbar, masyarakat tetap menempatkannya sebagai wakil rakyat karena selalu menyuarakan suara rakyat.
Dibanding Bachtul dan Israr Jalinus, kehadiran Nofi Candra memang terbilang baru. Apalagi Nofi Candra bukanlah anggota salah satu partai. Nofi Candra dikenal sebagai pengusaha muda sukses. Kini ia mencoba mengadu nasib sebagai calon DPD (Dewan Pimpinan Daerah) dari Sumbar. Ia menjadi sangat terkenal sejak memproklamirkan diri sebagai calon anggota DPD RI.

Spanduk dan baliho Nofi Candra bukan saja tersebar di berbagai sudud nagari di Kabupaten Solok, tetapi balihonya juga ada di Kota Solok, Solok Selatan, Sijunjung, Tanah Datar, Sawahlunto dan daerah lainnya di Sumbar. Ia memang termasuk calon DPD yang begitu gigih memperkenalkan diri. Wajar hal ini dilakukan karena ia termasuk pendatang baru. Jika ia berhasil maka akan menjadi sejarah tersendiri, dialah orang Solok pertama yang menjadi anggota DPD.
Sekalipun berbeda partai dan berbeda tujuan, tetapi ketiganya sering hadir bersamaan. Bachtul ingin ke DPR RI bersama Nasdem, Israr Jalinus akan ke DPRD Sumbar melalui Gerindra, sementara Naofi Candra berharap duduk di DPD RI melalui team yang solid. Berbeda partai, berbeda tempat yang dituju, tetapi ketiganya sering hadir bersamaan di berbagai kesempatan acara di Solok. Ketiganya juga sering menyertai perjalanan Bupati Solok, H. Syamsu Rahim saat bertemu masyarakat.
Karena itulah, tiga politisi dari Kabupaten Solok ini dikenal sebagai tiga serangkai yang saling melengkapi. Akankah ketiganya bisa melaju ke tempat yang dituju, pilihan rakyatlah yang akan menentukannya.(Waitlem-Singgalang)


Selasa, 30 Juli 2013

Jembatan Batang Ombilin Menyatukan Emosional Tanah Datar dan Kab. Solok

SOLOK-Aura suka cita membias dirona wajah warga Panjalangan, nagari Bukit Kanduang,kecamatan X koto Diatas Kab. Solok, kala menyambut kehadiran Bupati Solok Syamsu Rahim. Orang Nomor satu di bumi penghasil Markisa itu meninjau progres pembangunan jembatan yang menghubungkan dua daerah bersebelahan, Solok dan Tanah Datar, Kamis (4/7) lalu.


Jembatan permanen yang melintang diatas batang Ombolin itu, sekonyong telah menghbungkan kembali emosional masyarakat Panjalangan, Bukit Kanduang dengan Rambatan Tanah Datar. Bagi warga setempat, dibangunnya jembatan yang diiringi dengan peningkatan status jalan menjadi jalan Provinsi adalah sesuatu keniscayaan yang telah diwujudkan oleh dua tokoh muda asal Solok, Israr dan Bachtul. “ Beliau-beliau itu yang berjuang keras untuk mewujudkan mimpi warga disini. Dengan kapasitasnya sebagai anggota DPRD Sumbar, Bachtul dan Israr Jalinus telah meyakinkan Pemprov Sumbar untuk memperpendek akses dari dan ke Tanah Datar, “ kata Rosman, tokoh masyarakat Panjalangan yang mengaku kerabat Bupati Solok.
Kini dan hari yang akan datang,  dalam memori  masyarakat jembatan Panjalangan Bukit Kandung identik dengan nama Bachtul dan Israr Jalinus. Bupati Syamsu Rahim terkesima melihat kuatnya hubungan emosional wakil rakyat tersebut. Warga Panjalangan bahkan seperti telah memiliki komitmen untuk  menghantarkan kembali Israr Jalinus kembali ke kursi DPRD Sumbar yang ditinggalkannya karena alasan politis. Begitu juga dengan Bachtul, warga tanpa dirayu ingin mengantarkan tokoh muda Solok itu menjadi anggota DPR-RI di Senayan.
Itulah  alasan kenapa militansi sikap warga Panjalangan begitu tinggi kepada wakil rakyat yan gbenar-benar telah memikirkan masa depannya. Warga Bukit Kandung tidak ingin perhatian secara parsial atau sesaat, tetapi justru ingin berkembang seperti daerah-daerah tetangga. Jembatan Panjalangan merupakan kata kunci untuk kemajuan itu. “ Kini jembatan sedang dalam masa pengecoran. Ditambah perbaikan jalan sepanjang 3 Km dari arah Panjalangan, “ kata Wali Nagari Bukit Kanduang.
Jembatan sepanjang 60 meter yang membentang diatas sungai Batang Ombilin itu telah membuka akses dari Bukik Kanduang  menuju Jorong Sawah Kareh Nagari Balimbiang kec Rambatan Kab. Tanah Datar.
Malin Majo Pakieh yang juga ketua BMN nagari setempat menyebutkan, dengan adanya jembatan yang dibangun dengan APBD Propinsi Sumbar dengan tahun jamak hingga 2014, masyarakat Bukik Kanduang sangat bersyukur. Selama  ini, kata dia,  nagari Bukik Kanduanjg seolah terpencil Kalau mau ke Solok jarak tempuh sangat jauh. Begitu juga kalau hendak ke Batu Sangkar yang jarakanya relatif pendek, tetapi dipersulit oleh  sungai Batang Ombilin yang menjadi pemisah kedua daerah bertetangga.


Selama ini,  masyarakat yang hendak bepergian ke Batu Sangkar atau sebaliknya, hanya menggunakan jembatan gantung darurat untuk bisa dilalui kendataan roda dua.  “ Sekarang,  jembatan ini bahkan seperti mempersatukan emosional warga Batu Sangkar dan Kabupaten Solok," ulas M.Nur Malin Majo Pakieh.
Bupati Solok mengharapkan jembatan Panjalangan dapat dimanfaatkan seutuhnya tahun 2014. Jembatan yang digagas pertama tahun  2006 pemerintah Kabuapten Solok, bisa diwujudkan dimasa kepemimpinan Syamsu Rahim.” Kita bersyukur dengan pembangunan jembatan Batang Ombilin ini, ruas jalan antara Rambatan dan Bukit Kanduang meningkat statusnya menjadi jalan Provinsi, “ ujar Syamsu Rahim.
Dalam masa pengerjaaan, anggota Komisi III DPRD Sumbar Ir. Bachtul bertekad untuk mengawal pembangunan sampai benar-benar memberi manfaat kepada kedua Daerah, Solok dan Tanah Datar. “  “ Pembanguna jembatan dan jalan ini sangat tinggi dampaknya terhadap peningkatan perekonomian di kawasan Kabupaten Solok dan Tanah Datar, “ kata Bachtul menyudahi. 

Irigasi Banda Laweh Diperbaiki

SOLOK--Irigasi Banda Laweh Nagari Sirukam merupakan jantung ekonomi bagi masyarakat yang berada di kawasan Kecamatan Bukit Sundi, Kecamatan Kubung dan Kota Solok. Ratusan hektar lahan persawahan yang digarap oleh petani  yang berada di sepanjang aliran Banda Laweh mednggantungkan harapan dari  sistimn pengairan di daerah itu. Tak pelak, ketika jantung perekonomian para petani yang berada di nagari Sirukam Kecamatan Payung Sekaki Kab. Solok, bakal dilakukan perbaikan, keniscayaan masyarakat menjadi pupus. “ Kita mendambakan Banda Laweh berfungsi kembali, setelah mengalami kerusakan cukup lama, “ kata Islami, salah seorang petani di nagari Bukit Tandang, Kecamatan Bukit Sundi disela sosialisasi pelaksanaan proyek yang dilakukan  tim teknis bersama anggota DPRD Propinsi Sumbar  Ir. Israr Jalinus dan Ir Bachtul, belum lama ini.
Menurut petani setempat, budidaya pertanian dilakukan biasanya sampai tiga atau empat kali  dalam satu tahun.Namun selama ini mereka hanya dapat menikmati hasil panen satu kali setahun karena keterbatasan pengairan. Aliran irigasi Banda Laeh yang menjadi harapan tidak bisa diharapkan secara maksimal karena terjadi kerusakan disepanjang aliran Banda Laweh. “ Dengan diperbaikinya irigasi ini, tentunya kami tidak sekedar  bermimpi lagi nantinya, “ tutur warga setempat mensyukuri dfan sekaligus menyampaikan terimakasih kepada dua wakil rakyat asal Solok yang benar-benar memperhatikan kebutuhan ril masyarakat.
Terkait pengerjaan proyek irigasi itu sendiri, IrBanchtul dan Ir. Israr Jalinus memastikan bahwa  perbaikan Banda Laweh  didanai dari APBD Prop. Sumbar sebesar Rp 28 miliar. Pengerjaan yang dilakuykan dengan sistim  multiyear atau tahun jamak mulai dikerjakan tahun 2013 ini sampai tahun 2014 nanti.
Didampingi langsung oleh Dasril dan Satria  yang merupakan PPTK dari PSDA  Propinsi  Sumbar, serta Sekretaris PU Kab. Solok Deni Prihatni, ST, anggota Komisi III DPRD Sumbar itu menjelaskan bahwa kebutuhan masyarakat lebih tergantuing kepada irigasi Banda Laweh. Bagi pemerintah bagaimana upaya memenuhi kebutuhan ril petani ini, menjadi lebih bermanfaat dibanding ketika menghantarkan bantuan-bantuan yang sifatnya stimulan. “ Kebutuhan petani lebih kepada sumber pengairan. Itu yang kita lihat selama ini, sehingga kelengkapan infrastruktur seperti  irigasi, jalan dan jembatan menjadi sangat urgens nilainya, “ kata Bachtul.
Israr Jalinus menimpal, bahwa  masyarakat Kabupaten dan bahkan Kota Solok sangat tergantung dengan kesiapan pengairan Banda Laweh.Sedikitnya seluas 5.000 hektar lahan  sawah yang tersebar di beberapa Nagari, seperti  Sirukam, Bukit Tandang, Panyakalan, Gaung, Kinari, Muara Panas, Koto Baru dan Kota Solok, akan teraliri bila fungsi irigasi Banda Laweh terjamin.
Tersebab hal itu, Deni Prihatni dalam kapasitasnya sebagai pejabat Pemkab. Solok  ikut menyampaikan terimakasih atas perhatian besar yang diperlihatkan oleh wakil rakyat asal daerah pemilihan Solok itu. "  Kita tahu, pak Israr Jalinus dan Bachtul tidak pernah lelah membawa  pembangunan infrastruktur ke  Kabupaten Solok. Begitu banyak yang telah berubah," ungkap Deni sambil menyebutkan selain Banda Lweh, juga telah dibangun Embung atau bendungan air di Sirukam dan Panyakalan, yang juga di danai dengan APBD Propinsi Sumbar .
Terhadap hal itu,  Wali Nagari Bukit Tandang Wendra Lisman berharap proyek ini dapan berjalan lancar, karena dengan dibangunnya proyek Banda Laweh ini sangat berpengaruh kepada perekonomian masyarakat di daerah itu." Selama ini,  kalau musim kemarau, sawah disini kering kerontang karena tidak ada cadangan air. Mudah-mudahan Banda Laweh akan cepat berfungsi kembali, " ungkap Wendra Lisman menyudahi. 

Sabtu, 27 Juli 2013

Semarak Ramdhan Di Bukit Bais

BUKIT BAIS---Sepertiga bulan tergantung dan menyala di kanvas alam Kabupaten Solok, menambah terang cahaya listrik 60 watt yang terpasang di sasaran silat Tabisu, nagari Bukit Bais, kecamatan IX Koto Sungai Lasi. Suasana malam menjelang sahur seperti meninggalkan atmosfir yang dingin, ketika ketipak tepuk tangan dari selingkaran pemain randai terdengar merobek sunyi.
Sabtu malam (20/7) ketika itu, atau tepatnya,  bulan Ramadhan 1435 H jatuh pada hitungan hari ke 12. Malam itu, hampir semua warga nagari Bukit Bais dan Tarung Tarung berkumpul dan menghabiskan malam di tempat yang sama. Sebuah pondok sederhana berukuran 4 x 6 meter itu penuh sesak oleh warga yang menyaksikan latihan kesenian tradisional yang ternyata masih berakar dikawasan itu.
Suasana kampung sangat kental terasa ketika para pemuda dan pemudi larut dalam cerita randai yang dibawakan oleh tukang dendang. Sebagai sebuah media informasi, kesenian tradiosional randai  ternyata cukup diminati oleh remaja setempat. Tak ayal, sampai subuh mereka terus berlatih. Habis randai, ditimpati dengan tari piring. Kemudian kesenian silat juga menyusul. Atraktif sekali. “ Kami mengadakan latihan saja, setiap sabtu malam. Selepas shalat tarwih, kami berkumpul di sasaran (tempat latihan) ini, “ kata Yanuarmas, tokoh masyarakat Bukit Bais yang ikut mendorong kegiatan remaja setempat.
Malam sabtu itu, menjelang dini hari, terasa sangat berarti bagi penggemar randai setempat karena dihadiri oleh mantn anggota DPRD Sumbar, Ir. Israr Jalinus. Disitu juga hadir anggota  DPRD Kabupaten Solok, Dasril Malin Marah. Kedua tokoh politik itu sengaja diundang untuk memberi motivasi terhadap gairah kesenian tradisi di Bukit Bais.
Yanuarman, yang juga mantan kepala Jorong Sawah Baruah itu menyebutkan, kesukaan masyarakat berkumpul diejawantahkan dalam kesenian randai. Kebiasaan ini telah turun temurun berlangsung di Bukit Bais dan nagari-nagari di kecamatan Sungai Lasi. “ Kalau bulan puasa ini, anak-anak latihan hanya pada Sabtu malam, selesai sholat tarwih di surau-surau“ ujarnya.
Di waktu lain, nagari Bukit Bais disemarakkan dengan kegiatan pengajian dan tadarus di setiap surau. Latihan kesenian itu sendiri tidak menganggu kegiatan keagamaan karena jadwalnya dijadwalkan berdasarkan kebiasaan saja. “ Menjelang sahur, hari biasa anak-anak masih ramai dimesjid melakukan tadarus bersama,” ulasnya.
Suasana seperti itu, bagi mantan anggota DPRD Sumbar Israr Jalinus membangkitkan semangatnya untuk bertahan hingga pukul tiga dini hari. Israr yang kini mencalon melalui partai Gerindra dengan nomor urut 5 itu, menngungkapkan rasa takjubnya terhadap usaha masyarakat Bukit Bais dalam mempertahankan kesenian tradisi. “ Kita memberi perhatian penuh terhadap kegiatan ini, “ tegasnya.
Tanpa mengumbar janji, sebagai orang politik Israr mengaku tidak bisa melepaskan emosionalnya terhadap suasana kekerabatan yang begitu tinggi. Lantaran itu, ketika ia di daulat menyampaikan pendapatnya, Israr mengajak warga setempat untuk terus melestarikan kebudayaan itu sendiri.
Dasril Malin Marah ikut berpituah. Selepas memperagakan ketrampilannya bermain silat, anggota Komisi A DPRD Kab. Soilok itu akan membimbing perkumpulan randai dan silat tradisi  agar bertahan di Bukit Bais. “ Mudah-mudahan akan muncul group randai yang berkualitas, “ sebut Malin Marah.
Suara saluang dan talempong kemudian saling bertindihan mengusik senyi. Nagari Bukit Bais benar-benar menyala dalam bulan puasa ini. Group randai yang dibawakan oleh tua-muda, bahkan anak-anak tanpa sadar menghantarkan waktu ke subuh buta, saat dimana semua warga setempat melakukan sahur bersama.***