BUKIT BAIS---Sepertiga bulan tergantung dan menyala di kanvas alam Kabupaten Solok, menambah
terang cahaya listrik 60 watt yang terpasang di sasaran silat Tabisu, nagari
Bukit Bais, kecamatan IX Koto Sungai Lasi. Suasana malam menjelang sahur
seperti meninggalkan atmosfir yang dingin, ketika ketipak tepuk tangan dari
selingkaran pemain randai terdengar merobek sunyi.
Sabtu malam (20/7) ketika itu, atau
tepatnya, bulan Ramadhan 1435 H jatuh
pada hitungan hari ke 12. Malam itu, hampir semua warga nagari Bukit Bais dan
Tarung Tarung berkumpul dan menghabiskan malam di tempat yang sama. Sebuah
pondok sederhana berukuran 4 x 6 meter itu penuh sesak oleh warga yang
menyaksikan latihan kesenian tradisional yang ternyata masih berakar dikawasan
itu.
Suasana kampung sangat kental terasa
ketika para pemuda dan pemudi larut dalam cerita randai yang dibawakan oleh
tukang dendang. Sebagai sebuah media informasi, kesenian tradiosional
randai ternyata cukup diminati oleh
remaja setempat. Tak ayal, sampai subuh mereka terus berlatih. Habis randai,
ditimpati dengan tari piring. Kemudian kesenian silat juga menyusul. Atraktif
sekali. “ Kami mengadakan latihan saja, setiap sabtu malam. Selepas shalat
tarwih, kami berkumpul di sasaran (tempat latihan) ini, “ kata Yanuarmas, tokoh
masyarakat Bukit Bais yang ikut mendorong kegiatan remaja setempat.
Malam sabtu itu, menjelang dini hari,
terasa sangat berarti bagi penggemar randai setempat karena dihadiri oleh mantn
anggota DPRD Sumbar, Ir. Israr Jalinus. Disitu juga hadir anggota DPRD Kabupaten Solok, Dasril Malin Marah.
Kedua tokoh politik itu sengaja diundang untuk memberi motivasi terhadap gairah
kesenian tradisi di Bukit Bais.
Yanuarman, yang juga mantan kepala
Jorong Sawah Baruah itu menyebutkan, kesukaan masyarakat berkumpul
diejawantahkan dalam kesenian randai. Kebiasaan ini telah turun temurun berlangsung
di Bukit Bais dan nagari-nagari di kecamatan Sungai Lasi. “ Kalau bulan puasa
ini, anak-anak latihan hanya pada Sabtu malam, selesai sholat tarwih di
surau-surau“ ujarnya.
Di waktu lain, nagari Bukit Bais
disemarakkan dengan kegiatan pengajian dan tadarus di setiap surau. Latihan
kesenian itu sendiri tidak menganggu kegiatan keagamaan karena jadwalnya
dijadwalkan berdasarkan kebiasaan saja. “ Menjelang sahur, hari biasa anak-anak
masih ramai dimesjid melakukan tadarus bersama,” ulasnya.
Suasana seperti itu, bagi mantan anggota
DPRD Sumbar Israr Jalinus membangkitkan semangatnya untuk bertahan hingga pukul
tiga dini hari. Israr yang kini mencalon melalui partai Gerindra dengan nomor
urut 5 itu, menngungkapkan rasa takjubnya terhadap usaha masyarakat Bukit Bais
dalam mempertahankan kesenian tradisi. “ Kita memberi perhatian penuh terhadap
kegiatan ini, “ tegasnya.
Tanpa mengumbar janji, sebagai orang
politik Israr mengaku tidak bisa melepaskan emosionalnya terhadap suasana
kekerabatan yang begitu tinggi. Lantaran itu, ketika ia di daulat menyampaikan
pendapatnya, Israr mengajak warga setempat untuk terus melestarikan kebudayaan
itu sendiri.
Dasril Malin Marah ikut berpituah.
Selepas memperagakan ketrampilannya bermain silat, anggota Komisi A DPRD Kab.
Soilok itu akan membimbing perkumpulan randai dan silat tradisi agar bertahan di Bukit Bais. “ Mudah-mudahan
akan muncul group randai yang berkualitas, “ sebut Malin Marah.
Suara saluang dan talempong
kemudian saling bertindihan mengusik senyi. Nagari Bukit Bais benar-benar
menyala dalam bulan puasa ini. Group randai yang dibawakan oleh tua-muda,
bahkan anak-anak tanpa sadar menghantarkan waktu ke subuh buta, saat dimana
semua warga setempat melakukan sahur bersama.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar